Selasa, 06 Oktober 2015

Skenario Film Pendek "Korupsi"



Rasa capek, lemas, ngantuk, lapar, bokek (awal bulan entek disek) terkumpul menjadi satu, obrak abrik portofolio ataupun pengalaman sengaja aku lakukan. Terlebih lagi tugas UTS mulai datang memburu bagaikan tawon arepe ngentup ndasku. Jadi, pada intinya aku pengen share karyaku berupa skenario film adaptasi (novel asli dari Pramoedya Ananta Toer) yang aku tulis beberapa tahun lalu. Soal penamaan tokoh sih memang disengaja seperti itu, toh dulu juga sempat menjadi perdebatan mengapa penamaan tokohnya hampir mirip dengan kenyataan yang ada. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini aku tulis latar belakang permasalahan dan dialog antar tokoh.
LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan sebuah Negara yang mempunyai penduduk lebih dari 200 juta jiwa, dan merupakan salah satu Negara yang masuk dalam 5 besar Negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Saat ini Negara yang mempunyai semboyan “Bhineka Tunggal Ika” ini tengah dilanda yang namanya badai korupsi yang terjadi dimana-mana. Partai-partai politik saling menjatuhkan satu dengan yang lainnya.
Melalui hal tersebut, penulis novel yang berjudul korupsi yaitu Pramoedya Ananta Toer berusaha menuliskan kisah-kisah yang terjadi di negeri ini dengan sebuah cerita-cerita gambaran kehidupan para koruptor. Novel karya beliau yang berjudul korupsi ini terdapat 14 bab, dimana salah satu bab-nya dicoba untuk dipilih untuk menjadi drama seri televisi. Menurut data maupun riset yang diperoleh, novel tersebut belum pernah dijadikan sebuah drama televisi. Kalaupun sudah pernah di adaptasi menjadi sebuah drama televisi, maka perlu di revisi ulang dan siap untuk di adaptasi ulang.
Novel tersebut layak di produksi karena berbagai alasan, sebab akibat maupun dampak yang terjadi setelah menonton sebuah drama tersebut. Walaupun karya tersebut merupakan sebuah adaptasi novel, diharapkan mampu menggugah hati para tokoh-tokoh koruptor ataupun yang akan bertindak korupsi untuk mengurungkan niatnya tersebut. Harapan tersebut memang sangat kecil untuk terwujud, namun usaha serta kerja keras sangat diperlukan untuk terealisasinya drama televisi tersebut.


SKENARIO
SCENE 1 INT. RUANG TAHANAN. PAGI HARI
Pagi itu suasana lapas sangat ramai dengan dentuman musik disko, lapangan lapas pun penuh dengan orang-orang yang sedang berolahraga pagi. Guyas saat itu masih terbaring di tempat tidur yang mewah itu.
Guyas
Aduuuuhhh…berisik amat sich!!
(kesal, karena tidurnya terganggu)
Nizarudin
Alaahh…kalau gak mau berisik tidur di apartemen sana Yas.”
(menghina sekaligus menyindir)
Namanya juga di kurung seperti ayam jago, masih mending di kurungan kita masih ada TV, kipas angin, kulkas, dsb.” Coba kamu lihat ruang tahanan yang laen.”
Guyas
Aaacch…gak urus,”
(semakin kesal)
Guyas berusaha melanjutkan tidurnya yang terganggu karena dentuman musik senam. Namun, semakin ia berusaha untuk melanjutkan tidurnya malah ia semakin teringat pada masa lalunya yang indah akan hamburan banyak uang.
CUT TO: Flashback
SCENE 2 INT. RUANG KANTOR. PAGI HARI
Pada suatu hari Guyas kembali masuk kerja. Sirad sudah lama duduk dibangkunya membaca buku. Demikaian terpikat sehingga tidak melihat Guyas masuk ke dalam.
Guyas
tidak ada surat?”
Ia letakkan bukunya. Mengangguk, kemudian bangun dari tempat duduknya.
Sirad
Aa..sudah datang, pak?”
(bertanya dengan nada polos)
Bukan main sakit hatinya Guyas mendengar ucapan seperti itu.
Sirad
Sudah lama kutunggu-tunggu, pak. Banyak surat yang tak dapat diurus, dan aku tak tahu Bapak dimana tinggal. Sudah seminggu…..”
Guyas
Ah, ya urusan diluar kantor banyak sekarang.” Memotong ucapan Sirad

Sirad
Aku juga tahu itu, urusanku diluar kantor juga banyak, karena itu aku mengerti”.(sambil menata buku-buku di meja)
Guyas
Menyiapkan konferensi yang akan datang”. Kataku lagi
Sirad
Oow yaa..baru ingat aku, di Makassar bukan?”.
(membalikkan badan, dan memandang Guyas)
Untuk kesekalian kalinya Guyas melihat Sirad tersenyum padanya, tapi untuk sementara ini pemuda itu takkan menyebabkan keberuntungan.
Sirad
Kemarin aku bertemu lagi, tetapi bapak masih juga tidak ada. Tak tahulah dimana bapak bisa kutemui di waktu-waktu aku membutuhkan”.
Guyas
Ah, ya, waktu-waktu belakangan ini aku harus banyak keluar rumah. Pikir saja, mengurus pemberantasan buta di wilayahku, memimpin rapat kematian, mengurus tunjangan untuk korban kebakaran..
Sirad
Pak..”. Katanya sungguh-sungguh
(Kesungguhan yang menggoyangkan hati Guyas)
Kita sudah sama-sama dewasa dan tahu kewajiban”.
Ancaman itu terasa ditetakkan lurus-lurus pada Guyas
Guyas
Apa maksudmu?”
Tanyaku berani dan tajam menutupi kekcilanku sendiri.
Sirad
Aku sudah sering datang kerumah, dan Ibu bilang sudah lama bapak tak pulang lebih dari setahun, katanya”.
Guyas tergagap-gagap, tetapi jawaban yang sesungguhnya tidak mau keluar dari mulutnya. Direbahkan dirinya diatas kursi kedudukannya, menarik nafas panjang. Kemudian barulah keluar suara dari mulutnya, lemah lembut dan minta perhatian.
Guyas
Banyak orang yang bertanya demikian kepadaku, karena itu aku heran kalau engkau yang sesopan itu ikut bertanya pula. Itu adalah urusan tanggaku, dan aku kira tak ada orang berhak ikut campur tentang hal itu”.
Sirad
Ah, bapak ini..apakah bapak pikir orang dapat menceraikan pekerjaan kantor dengan rumah tangganya?
Tanpa pekerjaan kantor rumah tangga tidak bangun, atau setidak-tidaknya akan berantakan, ini untuk pegawai seperti kita.
Apakah yang tidak ikut campur aduk dalam hidup ini, pak?
Guyas
Sekalipun engkau benar aku tak sudi bicara tentang rumah tanggaku”.
Sirad
Barangkali terlampau banyak rahasia bapak simpan disana”.
(katanya mulai mendesak dengan kurang ajarnya)
Tapi aku banyak mengetahui rahasia itu, sehingga bapak sesungguhnya tak perlu lagi bercerita tentang hal itu”.
Guyas
Bicara saja tentang pekerjaan kantor.”
(berusaha mengalihkan tema pembicaraan)
Sirad
Memang itulah yang aku maksud, pak. Bapak terlalu sering mengabaikan kepentingan kantor. Pekerjaan menjadi berantakan dan dari daerah-daerah datang protes dam keluhan kelambatan pesanan.
Guyas
Toh mereka bisa tunggu.”
(kemarahannya yang terlatih melonjak, kini meluap dan menjolak pula)
Mereka bisa tunggu aku.”
(raungan garang terdengar)
Sirad berdiam diri oleh kemarahan Guyas, ia tahu benar bahwa ia takkan dapat berbuat apa-apa untuk menggulingkan Guyas dari kedudukannya. Ia duduk lurus diatas kursi dan meneruskan bacaannya. Tetapi kemarahan telah menguasai diri Guyas seluruhnya, dengan segera Guyas berdiri lagi dan berjalan mondar-mandir di depan meja.”
Tiba-tiba pintu diketuk, dan Opas Nampak dari kiraian pintu.

Opas
Pak, ada tamu.”
(Opas memberitakan dari kiraian)
Guyas
Persetan dengan tamu.”
(Jawab Guyas dengan tegas dan penuh emosi)
Pintu tertutup kembali dan Guyas melanjutkan mondar-mandirnya. Ia melihat Sirad menulis sesuatu diatas sehelai kertas, kemudian catatan itu disimpannya di dalam kantongnya.”
Pintu kembali diketuk, dan sekali lagi Opas muncul di kiraian.
Opas
Pak, ada surat dari tamu.”
Dengan sendirinya tangan Guyas menerima surat itu dan membuka. Isinya: lima ratus rupiah dengan sedikit tulisan, kalau diperkenankan kami hendak menghadap. Segera surat dimasukkan ke dalam kantong Guyas dan menyemburkan perintah pada Opas.”
Guyas
Tidak terima tamu Opaaaaaaaaaasssss….”
(sambil berteriak kencang-kencang)

To Be Continued.....
Sesok eneh ya..hehehe :D :P

2 komentar:

  1. Salut dengan Abas Fauzi yang terus berkarya! Terlebih lagi, mencoba mengangkat issu yang menjadi perhatian masyarakat, dari penulis legendaris Indonesia ke dalam sebuah naskah film. Rasa salut tersebut membuat saya menjadi peduli terkait teknis yang ingin saya singgung di sini, tentang bagaimana menggambarkan adegan. Misalnya pada scene 2, saya rasa tidak perlu dan memang tidak efektif menuliskan "...Guyas kembali masuk kerja. [...] Sirad sudah lama duduk dibangkunya..." sebab adegan ini bukankah dijelaskan melalui gerak dan dialog pemain? Sangat teknis, sangat bisa diperdebatkan, tapi saya rasa perlu saya utarakan. Hahahahaa... Selamat lanjut berkarya! :))

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas atas komentarnya Fina Zahra.
    Maaf, baru ngeh kalau ada komentar. Baru kali ini sempat2in melihat blog.ku sendiri secara detail..hehehe..Aku mencoba menanggapi pertanyaanmu, Jika awal pergantian scene tidak diberi penjelasan, kadangkala seorang sutradara maupun D.O.P mengimajinasikan scene tersebut dengan cara yang beda. Ini berhubungan dengan teknik pengambilan gambar juga, entah itu kamera movement atau cuma full shot pada ruangan itu. Mbaknya pasti tau yang aku maksut, sama2 dari jurusan TV & Film kan..hehehe

    BalasHapus