Rasa
capek, lemas, ngantuk, lapar, bokek (awal bulan entek disek) terkumpul menjadi satu,
obrak abrik portofolio ataupun pengalaman sengaja aku lakukan. Terlebih lagi tugas
UTS mulai datang memburu bagaikan tawon arepe
ngentup ndasku. Jadi, pada intinya aku pengen share karyaku berupa skenario film adaptasi (novel asli dari Pramoedya Ananta Toer) yang aku tulis beberapa
tahun lalu. Soal penamaan tokoh sih memang disengaja seperti itu, toh dulu juga
sempat menjadi perdebatan mengapa penamaan tokohnya hampir mirip dengan
kenyataan yang ada. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini aku tulis latar belakang
permasalahan dan dialog antar tokoh.
LATAR BELAKANG
Negara
Indonesia merupakan sebuah Negara yang mempunyai penduduk lebih dari 200 juta
jiwa, dan merupakan salah satu Negara yang masuk dalam 5 besar Negara dengan
jumlah penduduk terbanyak di dunia. Saat ini Negara yang mempunyai semboyan
“Bhineka Tunggal Ika” ini tengah dilanda yang namanya badai korupsi yang
terjadi dimana-mana. Partai-partai politik saling menjatuhkan satu dengan yang
lainnya.
Melalui
hal tersebut, penulis novel yang berjudul korupsi yaitu Pramoedya Ananta Toer
berusaha menuliskan kisah-kisah yang terjadi di negeri ini dengan sebuah
cerita-cerita gambaran kehidupan para koruptor. Novel karya beliau yang
berjudul korupsi ini terdapat 14 bab, dimana salah satu bab-nya dicoba untuk dipilih
untuk menjadi drama seri televisi. Menurut data maupun riset yang diperoleh,
novel tersebut belum pernah dijadikan sebuah drama televisi. Kalaupun sudah
pernah di adaptasi menjadi sebuah drama televisi, maka perlu di revisi ulang
dan siap untuk di adaptasi ulang.
Novel
tersebut layak di produksi karena berbagai alasan, sebab akibat maupun dampak
yang terjadi setelah menonton sebuah drama tersebut. Walaupun karya tersebut
merupakan sebuah adaptasi novel, diharapkan mampu menggugah hati para tokoh-tokoh
koruptor ataupun yang akan bertindak korupsi untuk mengurungkan niatnya
tersebut. Harapan tersebut memang sangat kecil untuk terwujud, namun usaha
serta kerja keras sangat diperlukan untuk terealisasinya drama televisi
tersebut.
SKENARIO
SCENE 1
INT. RUANG TAHANAN. PAGI HARI
Pagi itu suasana lapas sangat ramai dengan dentuman musik
disko, lapangan lapas pun penuh dengan orang-orang yang sedang berolahraga
pagi. Guyas saat itu masih terbaring di tempat tidur yang mewah itu.
Guyas
Aduuuuhhh…berisik amat sich!!
(kesal, karena tidurnya terganggu)
Nizarudin
Alaahh…kalau gak mau berisik tidur
di apartemen sana Yas.”
(menghina sekaligus menyindir)
Namanya juga di kurung seperti ayam
jago, masih mending di kurungan kita masih ada TV, kipas angin, kulkas, dsb.”
Coba kamu lihat ruang tahanan yang laen.”
Guyas
Aaacch…gak urus,”
(semakin kesal)
Guyas berusaha melanjutkan tidurnya yang terganggu
karena dentuman musik senam. Namun, semakin ia berusaha untuk melanjutkan
tidurnya malah ia semakin teringat pada masa lalunya yang indah akan hamburan
banyak uang.
CUT TO: Flashback
SCENE 2
INT. RUANG KANTOR. PAGI HARI
Pada suatu hari Guyas kembali masuk kerja. Sirad
sudah lama duduk dibangkunya membaca buku. Demikaian terpikat sehingga tidak
melihat Guyas masuk ke dalam.
Guyas
tidak ada surat?”
Ia letakkan bukunya. Mengangguk, kemudian bangun
dari tempat duduknya.
Sirad
Aa..sudah datang, pak?”
(bertanya dengan nada polos)
Bukan main sakit hatinya Guyas mendengar ucapan
seperti itu.
Sirad
Sudah lama kutunggu-tunggu, pak.
Banyak surat yang tak dapat diurus, dan aku tak tahu Bapak dimana tinggal.
Sudah seminggu…..”
Guyas
Ah, ya urusan diluar kantor banyak
sekarang.” Memotong ucapan Sirad
Sirad
Aku juga tahu itu, urusanku diluar
kantor juga banyak, karena itu aku mengerti”.(sambil menata buku-buku di meja)
Guyas
Menyiapkan konferensi yang akan
datang”. Kataku lagi
Sirad
Oow yaa..baru ingat aku, di
Makassar bukan?”.
(membalikkan badan, dan memandang Guyas)
Untuk kesekalian kalinya Guyas
melihat Sirad tersenyum padanya, tapi untuk sementara ini pemuda itu takkan
menyebabkan keberuntungan.
Sirad
Kemarin aku bertemu lagi, tetapi
bapak masih juga tidak ada. Tak tahulah dimana bapak bisa kutemui di
waktu-waktu aku membutuhkan”.
Guyas
Ah, ya, waktu-waktu belakangan ini aku harus banyak keluar
rumah. Pikir saja, mengurus pemberantasan buta di wilayahku, memimpin rapat
kematian, mengurus tunjangan untuk korban kebakaran..
Sirad
Pak..”. Katanya sungguh-sungguh
(Kesungguhan yang menggoyangkan hati Guyas)
Kita sudah sama-sama dewasa dan tahu kewajiban”.
Ancaman itu terasa ditetakkan
lurus-lurus pada Guyas
Guyas
Apa maksudmu?”
Tanyaku berani dan tajam menutupi kekcilanku sendiri.
Sirad
Aku sudah sering datang kerumah, dan Ibu bilang sudah lama bapak
tak pulang lebih dari setahun, katanya”.
Guyas tergagap-gagap, tetapi jawaban yang
sesungguhnya tidak mau keluar dari mulutnya. Direbahkan dirinya diatas kursi
kedudukannya, menarik nafas panjang. Kemudian barulah keluar suara dari
mulutnya, lemah lembut dan minta perhatian.
Guyas
Banyak orang yang bertanya demikian kepadaku, karena itu aku
heran kalau engkau yang sesopan itu ikut bertanya pula. Itu adalah urusan
tanggaku, dan aku kira tak ada orang berhak ikut campur tentang hal itu”.
Sirad
Ah, bapak ini..apakah bapak pikir orang dapat menceraikan
pekerjaan kantor dengan rumah tangganya?
Tanpa pekerjaan kantor rumah tangga tidak bangun, atau
setidak-tidaknya akan berantakan, ini untuk pegawai seperti kita.
Apakah yang tidak ikut campur aduk dalam hidup ini, pak?
Guyas
Sekalipun engkau benar aku tak sudi bicara tentang rumah
tanggaku”.
Sirad
Barangkali terlampau banyak rahasia bapak simpan disana”.
(katanya mulai mendesak dengan kurang ajarnya)
Tapi aku banyak mengetahui rahasia itu, sehingga bapak
sesungguhnya tak perlu lagi bercerita tentang hal itu”.
Guyas
Bicara saja tentang pekerjaan kantor.”
(berusaha mengalihkan tema pembicaraan)
Sirad
Memang itulah yang aku maksud, pak. Bapak terlalu sering mengabaikan
kepentingan kantor. Pekerjaan menjadi berantakan dan dari daerah-daerah datang
protes dam keluhan kelambatan pesanan.
Guyas
Toh mereka bisa tunggu.”
(kemarahannya yang terlatih melonjak, kini meluap dan menjolak
pula)
Mereka bisa tunggu aku.”
(raungan garang terdengar)
Sirad berdiam diri oleh kemarahan Guyas, ia tahu
benar bahwa ia takkan dapat berbuat apa-apa untuk menggulingkan Guyas dari
kedudukannya. Ia duduk lurus diatas kursi dan meneruskan bacaannya. Tetapi
kemarahan telah menguasai diri Guyas seluruhnya, dengan segera Guyas berdiri
lagi dan berjalan mondar-mandir di depan meja.”
Tiba-tiba pintu diketuk, dan Opas Nampak dari kiraian pintu.
Opas
Pak, ada tamu.”
(Opas memberitakan dari kiraian)
Guyas
Persetan dengan tamu.”
(Jawab Guyas dengan tegas dan penuh emosi)
Pintu tertutup kembali dan Guyas melanjutkan
mondar-mandirnya. Ia melihat Sirad menulis sesuatu diatas sehelai kertas,
kemudian catatan itu disimpannya di dalam kantongnya.”
Pintu kembali diketuk, dan sekali lagi Opas muncul di kiraian.
Opas
Pak, ada surat dari tamu.”
Dengan sendirinya tangan Guyas menerima surat itu
dan membuka. Isinya: lima ratus rupiah dengan sedikit tulisan, kalau
diperkenankan kami hendak menghadap. Segera surat dimasukkan ke dalam kantong Guyas
dan menyemburkan perintah pada Opas.”
Guyas
Tidak terima tamu Opaaaaaaaaaasssss….”
(sambil berteriak kencang-kencang)
To Be Continued.....
Sesok eneh ya..hehehe :D
:P
Salut dengan Abas Fauzi yang terus berkarya! Terlebih lagi, mencoba mengangkat issu yang menjadi perhatian masyarakat, dari penulis legendaris Indonesia ke dalam sebuah naskah film. Rasa salut tersebut membuat saya menjadi peduli terkait teknis yang ingin saya singgung di sini, tentang bagaimana menggambarkan adegan. Misalnya pada scene 2, saya rasa tidak perlu dan memang tidak efektif menuliskan "...Guyas kembali masuk kerja. [...] Sirad sudah lama duduk dibangkunya..." sebab adegan ini bukankah dijelaskan melalui gerak dan dialog pemain? Sangat teknis, sangat bisa diperdebatkan, tapi saya rasa perlu saya utarakan. Hahahahaa... Selamat lanjut berkarya! :))
BalasHapusTerima kasih atas atas komentarnya Fina Zahra.
BalasHapusMaaf, baru ngeh kalau ada komentar. Baru kali ini sempat2in melihat blog.ku sendiri secara detail..hehehe..Aku mencoba menanggapi pertanyaanmu, Jika awal pergantian scene tidak diberi penjelasan, kadangkala seorang sutradara maupun D.O.P mengimajinasikan scene tersebut dengan cara yang beda. Ini berhubungan dengan teknik pengambilan gambar juga, entah itu kamera movement atau cuma full shot pada ruangan itu. Mbaknya pasti tau yang aku maksut, sama2 dari jurusan TV & Film kan..hehehe