CUT TO:
SCENE 3 INT. RUANG KANTOR. PAGI
HARI
Pintu tertutup kembali dan ia
hilang dari pemandangan, dibalikkan badannya menghadap kursinya, Nampak Sirad
sedang membuat catatan kembali, Guyas mendekati Syak dan mengintip tulisannya.
Cuma beberapa patah kata dapat terbacanya, itu pun dalam bahasa asing dan tak
ada bahasa asing yang dipahaminya selain Belanda. Karena itulah Guyas hatinya
mengamuk, cemburu hatinya bergumul bersama Syak.
Guyas
Engkau membuat catatan tentang diriku?”
(Tanya Guyas, memandang wajah Syak)
Syak
Sekiranya benar, bukankah tidak ada yang melarang?”
Guyas
Untuk siapa catatan ini?”
Syak
Ini cuma catatan untuk melengkapkan ikhtisar.”
Guyas
Jangan dikira aku tidak bekerja sebaik-baiknya untuk keberesan
kantor ini. Tidak ada seorang pun dapat menggulingkan aku.”
(dengan nada sombong dan penuh percaya diri)
Syak
Ooh..itu aku mengerti. Untuk itu memang dibutuhkan hubungan
batin yang kuat. Hubungan batin seperti itu tak ada padaku. Lagipula tak ada
kedengkian di dalam hatiku untuk menggulingkan. Disini aku banyak belajar dan
mengetahui.”
Kembali pintu terketuk dan
tampang Opas yang menyebalkan itu muncul kembali di kiraian.
Opas
Pak, ada tamu lagi.”
(berkata sambil mengulurkan amplop baru)
Guyas menerima amplop itu dan
membukanya, isinya uang seribu lima ratus rupiah, dengan surat di dalamnya:
kalau tuan tidak sempat menerima baiklah nanti sore kutemui di rumah.” Amplop
itu dimasukkan ke dalam kantong, sedang suratnya dirobek-robek. Kemarahannya
tidak bisa lenyap dan gangguan Syak yang tidak juga mengendur perlahan ia
menuju kursinya kembali. Terdengar suara tertawa Sirad sengaja diperdengarkan,
dan waktu Guyas memandang dia, tertawanya kian disengaja.
Sirad
Sekarang, apa yang bisa kuperbuat, pak?”katanya kemudian
Guyas memandang Sirad begitu
tajam dan jernih begitu juga sebaliknya, kemudian ia bicara perlahan.
Sirad
Baiklah, pasti akan kukerjakan sendiri apa yang wajib aku
kerjakan.”
Guyas
Engkau mengancam aku?”
Sirad
Apakah sebabnya aku mengancam?”
Guyas diam lagi dan merenung
lama-lama, dalam hati Guyas mengharap Opas muncul lagi agar ia tahu yang
seharusnya ia kerjakan sekarang untuk menghindari campur aduk yang menggilakan
itu. Tetapi ia tidak muncul lagi, ada pikiran membagi rejeki hari ini dengan
Sirad, namun Guyas tak berani takut kalau ia lebih-lebih lagi mendapatkan
bukti. Dan dengan sendirinya, diambilnya aktentas diplomat yang tebal itu dan
siap meninggalkan kantor.
Sirad
Bagaimana dengan surat-surat yang tertunda?” tanya Sirad.
Guyas
Mereka boleh tunggu.”
Sirad
Baiklah.”
Sebelum meninggalkan ruangan, Guyas
melihat jam. Satu jam lagi, Guyas baru akan dapat mengunjungi Mariam salah
seorang anggota organisasi orang-orang semacam Guyas, dalam kesulitan seperti Guyas
pula.
Lambat-lambat Guyas meninggalkan kantor dan menuju
mobilnya. Tapi, ada suatu perasaan yang menyuruhnya balik kembali. Di kalau Guyas
sampai di pintu ruangannya terdengar berbagai macam suara berkobar-kobar di
dalam ruangan kerjanya. Berdengung-dengung silang-siur berisi hasutan satu sama
lain. Guyas memandangi para pegawainya yang masih duduk di tempat kerjanya masing-masing dan meneruskan pekerjaannya.
Hatinya berdetak kencang, apakah yang terjadi sekarang? Sambil memandangi
pegawai-pegawai yang sedang bekerja, kupingnya mempertajam suara dan mereka
ternyata berunding untuk menentukan nasibnya sebagai kepala bagian.
Kembali Guyas mendengarkan celetukan pegawainya, dan
kini suaranya mulai teratur.
Pegawai 1
Sudah kenyang dengan uang Negara, harus disimpan di rumah
besar.”
(gerutu salah seorang pegawai perempuan)
Pegawai 2
Sabar-sabar..”
(menenangkan kawannya)
Kita harus cari bukti dulu.”
CUT TO:
SCENE 4 INT. RUANG KANTOR PEGAWAI.
PAGI HARI
Kemudian suara-suara itu kembali
menjadi campur aduk, sehingga Guyas tidak bisa menangkap sepatah kalimat pun.
Kehancuran belum tiba hari itu, Guyas
masih sanggup menghancurkan mereka semua. Tidak ada bukti kekurangan uang di kas,
tidak ada bukti pemalsuan kuitansi. Dengan keteguhan hati dan kenekatannya yang
membabi buta Guyas pun segera melompat ke dalam. Orang-orang yang ada di dalam
terkejut memandangi wajah Guyas, ada yang menunduk. Kemudian seorang demi
seorang keluar seperti domba meninggalkan kandangnya di pagi hari.
Guyas
Apa yang terjadi?
Sirad
Kami sedang menyusun tenaga untuk memberantas korupsi.”
Guyas
Siapa di kantor ini yang berkorupsi?
Sirad
Entahlah, masih aku selidiki.”
Guyas
Adakah uang kas yang kurang?
Sirad
Tentang itu bapak bisa mengetahuinya sendiri daripada aku.”
Guyas
Apakah mereka menuduh aku melakukan korupsi?
Sirad
Mungkin juga.”
(menjawab dengan nada seolah-olah menuduh Guyas)
Guyas
Jangan menuduh aku sembarangan kalau tidak ada bukti nyata.”
Sirad
Mungkin akupun tertuduh.”
(merendahkan dirinya sendiri)
Guyas
Engkau menghiburku?
(bertanya sambil berangsangan)
Sirad
Apakah kesulitan bapak hingga aku terpaksa menghibur?
Guyas kehilangan kata-kata, dalam luapan
berangsangan itu tak tahu lagi apa yang harus diperbuat, hanya tas diplomatmya
yang dilempar ke meja kerjanya.
Sirad
Ahaa..kita sudah sama-sama dewasa, tua malah, untuk mengerti
seluk beluk kejadian.”
(Sirad berkata perlahan pada dirinya sendiri, lalu memandangi ia
dan ia memandangi dirinya dengan senyuman iblis mautnya)
Sirad
Tiap orang, mau tak mau.”
(Sirad meneruskan ucapannya, dan Guyas merasa disindir
mentah-mentah)
Guyas
Apa maksudmu?
Sirad
Aahh..aku sedang menghafal bait-bait sandiwara shakespare.”
(mengalihakan pembicaraan)
Guyas tidak tahu tentang sandiwara, juga tak pernah
membaca karangan shakespare. Itu pula
yang menyebabkan Guyas merasa kecil menghadapi setan muda ini dengan
kata-katanya yang ditusukkan padanya.
Lama kelamaan setan muda ini sungguh-sungguh
menggilakan ucapannya. Dan tak mengerti apa yang diperbuat Guyas, selanjutnya
diambilah tas diplomatnya dan dengan kepala menunduk menuju ke pintu. Bukan
main kemarahannya yang mengapi-api, didapatnya beberapa pegawai menggerombol di
depan pintu kerjanya.
Guyas
Apa yang kalian perbuat disini?
(sambil menggertak dengan kemarahan yang kehilangan kendali)
Mereka bubar menuju tempat kerjanya masing-masing
dengan tiada bicara sepatah kata pun.
Guyas merindukan masa dahulu sewaktu tiap kepala
kantor ada kekuasaan melepas pegawainya. Tetapi kekuasaan seperti itu tidak ada
lagi, barangkali ada namun Guyas tidak tahu. Dan apabila masa-masa itu datang
kembali, maka yang akan diperbuat Guyas adalah mengusir para pegawainya di
waktu itu juga.
CUT TO:
SCENE 5 EXT. DEPAN PINTU MASUK
KANTOR. SIANG HARI.
Dengan perasaan sebal, Guyas menuju pintu depan
kantor. Sampainya di depan pintu masuk kantor, sebentar kemudian rodanya
bergerak menggelinding pelataran dan akhirnya lenyap dengan keriuhan lalu
lintas.
Tiba-tiba sopir pribadinya yang dulu mendatanginya dengan
kurang ajarnya.
Sopir
Mobil yang disana itu sebenarnya milik siapa, pak?
(bertanya dengan kurang ajarnya dan menunjukkan ke arah mobil
tersebut)
Guyas
Engkau lagi.”
(sambil menggerutu)
Dahulu Guyas selalu membanggakan bisa memiliki mobil
sendiri, sekarang untuk pertama kalinya tak berani mengakui lagi dan
menjawabnya dengan jujur.
Guyas
Tentu saja milik kantor.”
Sopir
Sudah kuduga, tentu saja kepunyaan kantor.”
(berkata dengan sabarnya)
Kemudian Guyas meninggalkan sopir yang menyebalkan
tersebut untuk menuju ke tempat parkir dimana mobil tersebut diparkirkan.
Sopir
Mau kemana, pak?
(ia bertanya, suaranya hambar tanpa mengandung semangat
sedikitpun)
Guyas
Kalau kamu lapar ikuti saja aku.”
(berbicara dengan nada kesal sambil berjalan menuju parkir)
CUT TO:Sesok maneh ya cak, cek kon penasaran endinge yok koyok opo..wkwkwkwk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar