Rabu, 07 Oktober 2015

Skenario Film Pendek "Korupsi" #2

(Masih) di bulan blogging KBM UGM, naskah film pendek lanjutan dari hari kemarin. Silahkan disedot gan..



CUT TO:
SCENE 3 INT. RUANG KANTOR. PAGI HARI
Pintu tertutup kembali dan ia hilang dari pemandangan, dibalikkan badannya menghadap kursinya, Nampak Sirad sedang membuat catatan kembali, Guyas mendekati Syak dan mengintip tulisannya. Cuma beberapa patah kata dapat terbacanya, itu pun dalam bahasa asing dan tak ada bahasa asing yang dipahaminya selain Belanda. Karena itulah Guyas hatinya mengamuk, cemburu hatinya bergumul bersama Syak.
Guyas
Engkau membuat catatan tentang diriku?”
(Tanya Guyas, memandang wajah Syak)
Syak
Sekiranya benar, bukankah tidak ada yang melarang?”
Guyas
Untuk siapa catatan ini?”
Syak
Ini cuma catatan untuk melengkapkan ikhtisar.”
Guyas
Jangan dikira aku tidak bekerja sebaik-baiknya untuk keberesan kantor ini. Tidak ada seorang pun dapat menggulingkan aku.”
(dengan nada sombong dan penuh percaya diri)
Syak
Ooh..itu aku mengerti. Untuk itu memang dibutuhkan hubungan batin yang kuat. Hubungan batin seperti itu tak ada padaku. Lagipula tak ada kedengkian di dalam hatiku untuk menggulingkan. Disini aku banyak belajar dan mengetahui.”
Kembali pintu terketuk dan tampang Opas yang menyebalkan itu muncul kembali di kiraian.
Opas
Pak, ada tamu lagi.”
(berkata sambil mengulurkan amplop baru)
Guyas menerima amplop itu dan membukanya, isinya uang seribu lima ratus rupiah, dengan surat di dalamnya: kalau tuan tidak sempat menerima baiklah nanti sore kutemui di rumah.” Amplop itu dimasukkan ke dalam kantong, sedang suratnya dirobek-robek. Kemarahannya tidak bisa lenyap dan gangguan Syak yang tidak juga mengendur perlahan ia menuju kursinya kembali. Terdengar suara tertawa Sirad sengaja diperdengarkan, dan waktu Guyas memandang dia, tertawanya kian disengaja.
Sirad
Sekarang, apa yang bisa kuperbuat, pak?”katanya kemudian
Guyas memandang Sirad begitu tajam dan jernih begitu juga sebaliknya, kemudian ia bicara perlahan.
Sirad
Baiklah, pasti akan kukerjakan sendiri apa yang wajib aku kerjakan.”
Guyas
Engkau mengancam aku?”
Sirad
Apakah sebabnya aku mengancam?”
Guyas diam lagi dan merenung lama-lama, dalam hati Guyas mengharap Opas muncul lagi agar ia tahu yang seharusnya ia kerjakan sekarang untuk menghindari campur aduk yang menggilakan itu. Tetapi ia tidak muncul lagi, ada pikiran membagi rejeki hari ini dengan Sirad, namun Guyas tak berani takut kalau ia lebih-lebih lagi mendapatkan bukti. Dan dengan sendirinya, diambilnya aktentas diplomat yang tebal itu dan siap meninggalkan kantor.
Sirad
Bagaimana dengan surat-surat yang tertunda?” tanya Sirad.
Guyas
Mereka boleh tunggu.”
Sirad
Baiklah.”
Sebelum meninggalkan ruangan, Guyas melihat jam. Satu jam lagi, Guyas baru akan dapat mengunjungi Mariam salah seorang anggota organisasi orang-orang semacam Guyas, dalam kesulitan seperti Guyas pula.
Lambat-lambat Guyas meninggalkan kantor dan menuju mobilnya. Tapi, ada suatu perasaan yang menyuruhnya balik kembali. Di kalau Guyas sampai di pintu ruangannya terdengar berbagai macam suara berkobar-kobar di dalam ruangan kerjanya. Berdengung-dengung silang-siur berisi hasutan satu sama lain. Guyas memandangi para pegawainya yang masih duduk di tempat kerjanya  masing-masing dan meneruskan pekerjaannya. Hatinya berdetak kencang, apakah yang terjadi sekarang? Sambil memandangi pegawai-pegawai yang sedang bekerja, kupingnya mempertajam suara dan mereka ternyata berunding untuk menentukan nasibnya sebagai kepala bagian.
Kembali Guyas mendengarkan celetukan pegawainya, dan kini suaranya mulai teratur.
Pegawai 1
Sudah kenyang dengan uang Negara, harus disimpan di rumah besar.”
(gerutu salah seorang pegawai perempuan)
Pegawai 2
Sabar-sabar..”
(menenangkan kawannya)
Kita harus cari bukti dulu.”
CUT TO:
SCENE 4 INT. RUANG KANTOR PEGAWAI. PAGI HARI
Kemudian suara-suara itu kembali menjadi campur aduk, sehingga Guyas tidak bisa menangkap sepatah kalimat pun.
Kehancuran belum tiba hari itu, Guyas masih sanggup menghancurkan mereka semua. Tidak ada bukti kekurangan uang di kas, tidak ada bukti pemalsuan kuitansi. Dengan keteguhan hati dan kenekatannya yang membabi buta Guyas pun segera melompat ke dalam. Orang-orang yang ada di dalam terkejut memandangi wajah Guyas, ada yang menunduk. Kemudian seorang demi seorang keluar seperti domba meninggalkan kandangnya di pagi hari.
Guyas
Apa yang terjadi?
Sirad
Kami sedang menyusun tenaga untuk memberantas korupsi.”
Guyas
Siapa di kantor ini yang berkorupsi?
Sirad
Entahlah, masih aku selidiki.”
Guyas
Adakah uang kas yang kurang?
Sirad
Tentang itu bapak bisa mengetahuinya sendiri daripada aku.”
Guyas
Apakah mereka menuduh aku melakukan korupsi?
Sirad
Mungkin juga.”
(menjawab dengan nada seolah-olah menuduh Guyas)
Guyas
Jangan menuduh aku sembarangan kalau tidak ada bukti nyata.”
Sirad
Mungkin akupun tertuduh.”
(merendahkan dirinya sendiri)
Guyas
Engkau menghiburku?
(bertanya sambil berangsangan)
Sirad
Apakah kesulitan bapak hingga aku terpaksa menghibur?
Guyas kehilangan kata-kata, dalam luapan berangsangan itu tak tahu lagi apa yang harus diperbuat, hanya tas diplomatmya yang dilempar ke meja kerjanya.
Sirad
Ahaa..kita sudah sama-sama dewasa, tua malah, untuk mengerti seluk beluk kejadian.”
(Sirad berkata perlahan pada dirinya sendiri, lalu memandangi ia dan ia memandangi dirinya dengan senyuman iblis mautnya)
Sirad
Tiap orang, mau tak mau.”
(Sirad meneruskan ucapannya, dan Guyas merasa disindir mentah-mentah)
Guyas
Apa maksudmu?
Sirad
Aahh..aku sedang menghafal bait-bait sandiwara shakespare.”
(mengalihakan pembicaraan)
Guyas tidak tahu tentang sandiwara, juga tak pernah membaca karangan shakespare. Itu pula yang menyebabkan Guyas merasa kecil menghadapi setan muda ini dengan kata-katanya yang ditusukkan padanya.
Lama kelamaan setan muda ini sungguh-sungguh menggilakan ucapannya. Dan tak mengerti apa yang diperbuat Guyas, selanjutnya diambilah tas diplomatnya dan dengan kepala menunduk menuju ke pintu. Bukan main kemarahannya yang mengapi-api, didapatnya beberapa pegawai menggerombol di depan pintu kerjanya.
Guyas
Apa yang kalian perbuat disini?
(sambil menggertak dengan kemarahan yang kehilangan kendali)
Mereka bubar menuju tempat kerjanya masing-masing dengan tiada bicara sepatah kata pun.
Guyas merindukan masa dahulu sewaktu tiap kepala kantor ada kekuasaan melepas pegawainya. Tetapi kekuasaan seperti itu tidak ada lagi, barangkali ada namun Guyas tidak tahu. Dan apabila masa-masa itu datang kembali, maka yang akan diperbuat Guyas adalah mengusir para pegawainya di waktu itu juga.
CUT TO:
SCENE 5 EXT. DEPAN PINTU MASUK KANTOR. SIANG HARI.
Dengan perasaan sebal, Guyas menuju pintu depan kantor. Sampainya di depan pintu masuk kantor, sebentar kemudian rodanya bergerak menggelinding pelataran dan akhirnya lenyap dengan keriuhan lalu lintas.
Tiba-tiba sopir pribadinya yang dulu mendatanginya dengan kurang ajarnya.
Sopir
Mobil yang disana itu sebenarnya milik siapa, pak?
(bertanya dengan kurang ajarnya dan menunjukkan ke arah mobil tersebut)
Guyas
Engkau lagi.”
(sambil menggerutu)
Dahulu Guyas selalu membanggakan bisa memiliki mobil sendiri, sekarang untuk pertama kalinya tak berani mengakui lagi dan menjawabnya dengan jujur.
Guyas
Tentu saja milik kantor.”
Sopir
Sudah kuduga, tentu saja kepunyaan kantor.”
(berkata dengan sabarnya)
Kemudian Guyas meninggalkan sopir yang menyebalkan tersebut untuk menuju ke tempat parkir dimana mobil tersebut diparkirkan.
Sopir
Mau kemana, pak?
(ia bertanya, suaranya hambar tanpa mengandung semangat sedikitpun)
Guyas
Kalau kamu lapar ikuti saja aku.”
(berbicara dengan nada kesal sambil berjalan menuju parkir)
CUT TO:

Sesok maneh ya cak, cek kon penasaran endinge yok koyok opo..wkwkwkwk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar