Rabu, 03 Februari 2016

(Masih) di BUPSS

Dua postingan sebelumnya aku tulis di 7 Cemara Jakal dan Telkom Kotabaru, kali ini aku berada di perpustakaan World Bank UGM.

Selamat sore pemburu wifi gratisan,
Edisi tulisan kali ini masih seputar grup BUPSS yang hari-harinya menemaniku dalam sepinya relung hati, eits. Selalu ada yang menarik dalam grup yang di mediai oleh whatsapp tersebut, dini hari tadi salah seorang aktivis grup chapter Jkt curhat mengenai tetangga atau kawannya yang sedang di guna-guna oleh orang lain. Beliau curhat meminta bala bantuan kepada member grup, dan bertanya dimana tempat penyembuhan orang yang terkena guna-guna, katakanlah seperti itu ceritanya. Helloww...ini tempat orang-orang yang berpikir akademis keles, member yang menjawab hanya 2 orang termasuk aku, karena ia curhat di tengah malam dan kebetulan aku sedang lembur nonton MU vs Stoke City.

Berbicara mengenai guna-guna identik dengan yang namanya dukun, hal ini semacam terdapat relasi kuasa serta ekonomi politik di dalamnya. Ibarate dukun yang mengguna-guna dengan yang menyembuhkan bisa saling komunikasi dua arah, ah sudahlah. Membahas tentang dukun, dukun cinta/dukun cabul, pasti berhubungan dengan hal-hal yang bersifat mistis, jaman rikolo bendu nama dukun sangat nge_hits layaknya Via Vallent, dangdut maneh, Next..

Oiya, ada salah seorang responden  memprotes review yang aku tulis kemarin. Ia adalah si Fi, yang aku tulis sebagai perempuan mungil dan bawel, eh. Perempuan ini sebenarnya mempunyai kebiasaan layaknya customer service, tapi ia tidak mau dikatakan sebagai customer service. Kenapa bisa begitu? coba bayangkan saja, 98 orang member grup BUPSS ia japri semuanya. Isi japrinya sebenarnya demi kebaikan member-member grup, tapi kadang keblabasan membahas soal asmara yang mengarah pada masalah jodoh. Ia mengeluh ke aku soal postinganku, begini isinya"kamuuh gaa da sama sekali muji akuu", aku menjawabnya dengan "pujian itu ga' hrus dg kata2 sja, bisa dgn perilaku maupun sikap". Fi sebenarnya memiliki pribadi yang bakoh dalam menjalani kerasnya kehidupan Jkt. Berangkat kerja dengan naik sepeda motor sendirian (salahmu dewe gak ndang nikah) dari kost'an ke tempat kerja ia tempuh kurang lebih selama 1,5 jam. Sosok yang gampang penasaran ini sebentar lagi akan menginjak usia yang ke 25 (semoga salah), itu pertanda sudah pengalaman secara umur. Hahaha...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar